Asal Mula Penyembelihan Hewan Kurban

Written by Unknown 3 komentar Posted in:

Kisah islamiah sore ini tentang asal muasal syariat islam tentang penyembelihan hewan kurban.
Peringatan Hari Raya Idul Adha memang telah usai, dimana pada hari itu agama islam mensyariatkan menyembelih hewan kurban pada tanggal 10 Zulhijjah selepas Shalat Idul Adha.

Penyembelihan hewan kurban ini memiliki kisah sendiri. Kala itu Nabi Ibrahim mendapatkan wahyu untuk menyembelih anaknya, namun Allah SWT kemudian mengganti anak itu dengan seekor kambing.



Kisahnya.
Kisah ini sumbernya adalah Al Qur'an, Surat Ash-Shaffat ayat 104-107.
Dikisahkan bahwa setelah Nabi Ibrahim as berpindah dari negeri kaumnya, ia memohon kepada Allah SWT agar dikarunia seorang anak yang saleh.

Doa Nabi Ibrahim as dikabulkan Allah SWT. Tak lama kemudian istrinya, Hajar melahirkan seorang bayi mungil tampan rupawan yang diberi nama Ismail.
Ketika Ismail lahir, Nabi Ibrahim as berusia 86 tahun. Ismail inilah yang kemudian menggantikan peran ayahnya untuk menyiarkan agama Allah.
Namun, Allah SWT tengah menguji kepasrahan dan kesabaran Nabi Ibrahim as.

Pada suatu malam, Nabi Ibrahim bermimpi agar menyembelih anaknya, Ismail. Sebanyak tiga kali mimpi, namun perintahnya juga sama, menyembelih anak kesayangannya itu. Akhirnya Nabi Ibrahim yakin bahwa itu merupakan perintah Allah SWT yang harus dilaksanakan.
"Jika benar ini adalah perintah Allah, maka aku akan pasrah dan sabar," yakinnya dalam hati.

Wahyu dari Allah SWT.
Selanjutnya Nabi Ibrahim menceritakan mimpinya itu kepada Ismail yang kala itu masih kecil. Ia ingin mendengar pertimbangan anaknya atas perintah itu.
"Wahai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu?" tanya Nabi Ibrahim.

Di luar dugaaan, sang anak bisa berbicara dan mengamini perintah dalam mimpi ayahnya.
Ismail tidak merasa takut atau marah kepada ayah kandungnya karena ia yakin mimpi itu merupakan wahyu Allah SWT.
"Wahai Bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar," kata Ismail.

Keputusan Ismail itu dipilih sendiri dan bukan karena paksaan seseorang. Kemudian Ismail tidak lupa meminta pertolongan kepada Allah SWT agar ia diberi kesabaran. Saat itu Ismail tidak mengandalkan kekuatan yang ada dalam dirinya, melainkan ia meminta kekuatan dari Allah SWT. Karena itu juga, Allah SWT mencatat nama Ismail sebagai golongan nabi-nabi yang sabar.

Nabi Ibrahim semakin mantap menunjukkan kepasrahan dan kesabarannya menjadi hamba Allah SWT. Di satu sisi, ia bersyukur karena juga dikaruniai anak yang pasrah dan sabar.

Kemudian ayah dan anak itu pergi ke sebuah tempat yang tinggi. Di atas tempat itu Ismail membaringkan dan bersiap untuik disembelih oleh ayahnya. Namun, ketika semuanya sudah siap, Allah SWT menurunkan wahyu.

Diganti Kambing Besar.
Karena membenarkan mimpi iotu, Allah SWT membalasnya dengan balasan yang setimpal. Allah SWT menggantinya dengan seekor sembelihan yang besar.
Allah SWT berfirman,


وَنَادَيْنَاهُ أَنْ يَا إِبْرَاهِيمُ
قَدْ صَدَّقْتَ الرُّؤْيَا إِنَّا كَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ
إِنَّ هَذَا لَهُوَ الْبَلاءُ الْمُبِينُ
وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ

Artinya:
"Dan Kami panggillah dia: "Hai Ibrahim,
Sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu[1284] Sesungguhnya Demikianlah Kami memberi Balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.
Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata.
Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar."
(QS. Ash-Shaaffat: 104-107).

Yang dimaksud dengan membenarkan mimpi ialah mempercayai bahwa mimpi itu benar dari Allah s.w.t. dan wajib melaksana- kannya.
 Sesudah nyata kesabaran dan ketaatan Ibrahim dan Ismail a.s. Maka Allah melarang menyembelih Ismail dan untuk meneruskan korban, Allah menggantinya dengan seekor sembelihan (kambing). Peristiwa ini menjadi dasar disyariatkannya Qurban yang dilakukan pada hari raya haji.

Para ulama sepakat bahwa yang dimaksud dengan sembelihan besar adalah kambing atau domba.

Nabi Ibrahim as berhasil meraih predikat Khalilullah (kekasihAllah) karena telah mampu mengorbankan sesuatu yang dicintainya berupa anak, demi mencapai kecintaan kepada Allah SWT.
Peristiwa inilah yang selalu kita peringati setiap tahun dengan anjuran menyembelih hewan kurban pada hari Idul Adha.

Read more

Makalah tentang Begal

Written by Unknown 2 komentar Posted in:

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Setiap media dalam satu hari lebih dari satu kali menginformasikan tentang adanya kriminalitas. Tidak dapat dipungkiri itulah yang terjadi dalam negara kita ini. Di sana-sini banyak terjadi pembunuhan, perampokan, pemerkosaan, pencurian, dan banyak lagi kriminalitas yang lain. Banyak sudah para pembuat onar itu yang ditangkap oleh aparat penegak hukum, tetapi masih banyak pula para pembuat onar yang masih berkeliaran. Sehingga membuat hati masyarakat tidak tenang, selalu resah diselimuti rasa ketakutan.
Kriminalitas atau kejahatan adalah tingkah laku yang melanggar hukum dan norma-norma sosial, sehingga masyarakat menentangnya. Masyarakat modern yang sangat kompleks menumbuhkan keinginan-keinginan materiil tinggi, dan sering disertai ambisi-ambisi sosial yang tidak sehat. Dambaan pemenuhan kebutuhan yang berlebihan tanpa didukung oleh kemampuan untuk mencapainya secara wajar akan mendorong individu untuk melakukan tindak criminal seperti tindak pembegalan yang sekarang sedang marak terjadi dimana-mana. Maka dari itu diperlukan lebih lanjut kajian tentang pengertian, teori, kriminalitas sehingga pada akhirnya kita dapat mengetahui dampak dan solusi terhadap kriminalitas khususnya tindak kejahatan pembegalan, agar norma sosial dan kepentingan masyarakat dapat tetap terjaga dengan baik.
1.2  Rumusan Masalah
a)      Apakah yang di maksud dengan kriminalitas dan pembegalan?
b)      Bagaimanakah dampak dan penanganan terhadap adanya tindak  kejahatan pembegalan?
1.3  Tujuan
a)         Mengetahui apa yang di maksud dengan pembegalan.
b)        Mengetahui bagaimanakah dampak dan penanganan terhadap adanya tindak kejahatan pembegalan.


BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Pengertian Kriminalitas/Kejahatan dan Pembegalan
Crime atau kejahatan adalah tingkah laku yang melanggar hukum dan melanggar norma-norma sosial, sehingga masyarakat menentangnya. Lalu krimonologi adalah ilmu pengetahuan tentang kejahatan, Kartono (1999: 122).
Definisi kejahatan secara yuridis adalah bentuk tingkah laku yang bertentangan dengan moral kemanusiaan (immoril), merugikan masyarakat, a-sosial sifatnya dan melanggar hokum serta undang-undang pidana. Di dalam  KUHP jelas tercantum bahwa “kejahatan adalah semua bentuk perbuatan yang memenuhi perumusan ketentuan-ketentuan KUHP”. Missal pembunuhan pasal memenuhi 338 KUHP, mencuri memenuhi pasal 362 KUHP, penganiayaan memenuhi pasal 351 KUHP.
Secara sosiologis, kejahatan adalah semua bentuk ucapan, perbuatan, dan tingkah laku yang secara ekonomis, politis, dan sosial-psikologis sangat merugikan masyarakat, melanggar norma-norma susila, dan menyerang keselamatan warga masyarakat (baik yang tercantum maupun yang belum tercantum pada undang-undang pidana).
Sedangkan pembegalan sendiri termasuk ke dalam jenis kriminalitas/kejahatan. Karena pembegalan sudah melanggar hukum dan melanggar norma-norma sosial yang ada. Orang yang melalukan pembegalan disebut Begal. Begal ialah penjahat yang merampas barang-barang di tengah jalan sepi.
2.2 Teori mengenai Kejahatan
Teori mengenai kejahatan adalah sebagai berikut, Kartono (1999: 136-150):
a)       Teori Teologis, menurut teori ini kriminalitas sebagai perbuatan dosa yang jahat sifatnya, setiap orang dapat melakukan kejahatan kerena didorong oleh roh-roh jahat, godaan setan/iblis, nafsu, sehingga ia melanggar kehendak Tuhan.
b)      Teori filsafat tentang Manusia (Antropologi Transedental).
Teori ini menyebutkan adanya dialektika antara jasmani dan rohani. Rohani atau jiwa mendorong masnusia kepada perbuatan-perbuatan baik dan susila, mengarahkan manusia pada usaha transedensi dan konstruksi diri. Selanjutnya jiwa diwujudkan dalam perbuatan jasmani. Jasmani manusia merupakan prinsip ketidakselesaian atau perubahan, sifatnya tidak sempurna. Prinsip ini mengarahkan manusia kepada destruksi, kerusakan, kejahatan, dll.
Jadi karena sifat-sifat jasmaninya, seseorang mempunyai kecenderungan mengarah ke kejahatan jika kecenderungan tersebut tidak dapat dikendalikan oleh jiwa. Kecenderungan mengarah kepada kejahatan berlangsung dengan mudah/otomatis, sedangkan kecenderungan usaha transedensi atau konstruksi diri adalah usaha yang sulit.
a)      Teori kemauan bebas (free will), menyatakan bahwa manusia itu bebas berbuat menurut kemauannya, berhak menentukan pilihan dan sikapnya. Teori ini menyebutkan sebab kejahatan adalah kemauan manusia itu sendiri.
b)      Teori penyakit jiwa, teori ini menyebutkan adanya kelainan-kelainan jiwa yang bersifat psikis sehingga individu sering melakukan kejahatan. Penyakit jiwa ini berupa psikopat dan defect moral.
2.3 Dampak Tindak Kriminalitas Pembegalan
Dampak negative tindak kriminalitas pembegalan antara lain, Kartono (1999: 151):
a)      Menimbulkan rasa tidak aman, kecemasan, ketakutan dan kepanikan di tengah masyarakat.
b)      Banyak materi dan energi terbuang dengan sia-sia oleh gangguan-gangguan kriminalitas.
c)      Menambah beban ekonomis yang semakin besar kepada sebagian besar warga masyarakatnya.
Sementara itu dampak positif munculnya tindak kriminalitas pembegalan antara lain:
a)      Menumbuhkan rasa solidaritas dalam masyarakat yang tengah diteror pembegal.
b)      Orang berusaha memperbesar kekuatan hukum, dan menambah kekuatan fisik lainnya untuk memberantas kejahatan pembegalan.
c)      Pemberitaan criminal memberi ganjaran kepada penjahat pembegalan, membantu pihak pengusut kejahatan pembegalan, membekuk si pembegal (pemuatan foto penjahat yang akhirnya berhasil membekuk penjahat), penjara yang mujarab untuk mencegah orang-orang berjiwa kecil/jahat melaksanakan niat jahatnya, dan pemberitaan proses peradilan dan penangkapan si pembegal, juga membantu si pembegal dari perbuatan sewenang-wenang pihak penegak hukum.
2.4 Penanganan terhadap Tindak Kriminalitas Pembegalan
Tahap-tahap penanganan tindak kriminalitas pembegalan, Soetomo (2008: 33-63):
a)      Tahap identifikasi, indicator sederhana untuk tahap identifikasi adalah memanfaatkan angka-angka statistic yang tersedia bagi daerah tertentu. Pada data tersebut kita dapat mengetahui insidensi (jumlah kejadian dalam kurun waktu tertentu dalam suatu daerah), dan prevalensi (jumlah pelaku kejahatan).
b)      Tahap diagnosis, yaitu mencari sifat, eskalasi dan latar belakang kriminalitas terjadi untuk membantu menentukan tindakan sebagai upaya pemecahan masalah.
c)      Tahap treatment, adalah upaya pemecahan masalah yang ideal pada suatu kondis tertentu, terdiri dari:
1)      Usaha rehabilitative, focus utamanya pada kondisi pelaku kejahatan pembegalan, terutama upaya untuk melakukan perubahan atau perbaikan perilakunya agar sesuai dengan standar atau norma sosial yang ada.
2)      Usaha preventif, focus pada pencegahan agar tindak kejahatan pembegalan tidak terjadi. Dapat dilakuakan pada level individu, kelompok, maupun masyarakat.







BAB III
PEMBAHASAN
Terlepas darimana begal berasal, orang yang berada dalam kondisi ekonomi lemah dan terdesak kebutuhan hidup, ditambah kurangnya iman, cenderung berpikir pendek. Boleh dibilang, akan menghalalkan segala cara agar kebutuhan hidupnya ini bisa terpenuhi, termasuk dengan membegal.
Mayoritas pelaku begal merupakan anak-anak muda yang belum atau tidak memiliki pekerjaan tetap. Sepertinya tuntutan pergaulan juga ambil bagian di sini. Para remaja yang seharusnya sekolah atau masuk usia kerja malah kumpul tidak jelas. Tak jarang diantara mereka banyak yang terjerumus perjudian/narkoba. Orang tua jelas tidak akan memberi anak-anaknya uang untuk digunakan hal-hal seperti itu. Akhirnya mereka terpaksa membegal.
Dari hasil penelusuran media, ternyata para pelaku begal yang tertangkap (dan juga dianiaya massa) memang tidak memiliki pekerjaan tetap. Di jaman seperti sekarang ini, mencari sebuah pekerjaan memang tidak mudah. Begitu juga dengan menciptakan lapangan pekerjaan. Dibutuhkan keberanian yang lebih besar untuk dapat menciptakan lapangan pekerjaan.
Berdasarkan data dari BPS, sepanjang bulan Februari hingga Agustus 2014, jumlah pengangguran di Indonesia bertambah 0,09 juta orang dari 7,15 juta orang meningkat 7,24 juta orang. Jumlah ini diperkirakan masih akan bertambah karena pertumbuhan ekonomi yang melambat di 5,01%.
Berdasarkan data di atas, wajar saja akhir-akhir ini sering terjadi tindak kejahatan pembegalan. Belakangan ini pun hampir setiap hari media massa dipenuhi berita mengenai begal motor. Sudah tak terhitung jumlah korban yang mengalami pembegalan. Bukan sekedar kehilangan motor, tapi mereka juga harus mengalami luka berat. Bahkan di Depok, Abdul Rahman meninggal dunia dengan 3 luka tusukan di punggung dan di pinggang kanannya. Sementara motor milik Abdul Rahman, Suzuki Satria berhasil digasak pelaku.
Sejauh ini belum ada tindakan yang memuaskan dari aparat selain himbauan agar berhati-hati saat mengemudi kendaraan roda dua di malam hari. Padahal tanpa dihimbau pun sebaiknya selalu berhati-hati. Bukan hanya pengendara roda dua, tapi pejalan kaki, pengendara roda empat, atau sekedar penumpang bis pun harus tetap berhati-hati. Rupanya menghadapi para begal ini, nyali kita harus lebih besar dibanding nyali pelaku pembegalan. Seperti yang dialami Sri, korban pembegalan di Pondok Aren. Nyalinya tidak serta merta ciut menghadapi begal berpedang. Alih-alih berhasil merampas motor yang ditumpangi Sri, begal di Pondok Aren malah ikut terjatuh. Satu dari empat pelaku begal yang di Pondok Aren, Tangerang Selatan tersebut, tewas diamuk massa dan dibakar warga.
Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Martinus Sitompul, menjelaskan awal mula pembegalan itu terjadi. Sekitar pukul 1 dini hari tadi malam, pelaku begal berjumlah empat orang dengan dua motor hendak melakukan pembegalan. “Mereka melukai korban Wahyu Hidayat (22) dan Sri (20) menggunakan samurai dan mengenai Sri yang dibonceng,” jelas Martinus di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Selasa (24/2).
Sadar dirinya menjadi sasaran kejahatan, Sri coba melakukan perlawanan. Salah satu pelaku terjatuh. Melihat temannya terjatuh, pelaku begal lain ikut membantu tapi warga mengetahui aksi mereka. “Satu tertangkap, tiga melarikan diri,” tambahnya.
Geram dengan ulah begal, warga emosi. Seorang pelaku yang jatuh langsung diamuk massa. Dia dibuat babak belur, hingga akhirnya dibakar hingga tewas. “Pihak kepolisian mengimbau masyarakat apabila ada peristiwa semacam ini, terhadap upaya Ibu Sri melakukan perlawanan, pihak kepolisian menyatakan apresiasi dan salut, karena sikap seperti ini perlu ada untuk bisa melakukan antisipasi terhadap timbul kejahatan,” jelasnya. “Namun, kami juga mengimbau masyarakat supaya tidak main hakim sendiri, yang mengakibatkan meninggalnya seseorang. Kita negara hukum, harus menghormati hukum dan HAM, harus menyerahkan ke yang berwenang, jangan main hakim,” sambung Martinus.
Saat ini, pelaku begal yang terbakar masih berada di RS Tangerang. Identitasnya belum diketahui karena kondisi korban terbakar tanpa sisa. “Identitas pelaku yang tewas belum didapatkan, karena semua habis gosong terbakar. Wajah korban tidak bisa dikenali,” katanya.
Terkait kasus ini, semua bukti yang tertinggal di lokasi sudah diamankan polisi. “Kita sudah melakukan autopsi dan mencari keterangan lain tentang identitas korban dan jaringan korban, agar bisa dilakukan tindak lanjut. Bukti samurai pelaku dan motor beat korban sudah ada di kepolisian,” paparnya.
Kepada warga, Martinus berpesan, mengingat aksi begal semakin marak dia mengimbau agar tak bepergian ke luar rumah di atas jam 10 malam. “Semua daerah rawan.
Dengan ini perlu adanya kewaspadaan masyarakat dan kesiagaan pihak polisi, kalau tidak perlu atau penting, tidak usah bepergian sendiri dan sepi misal di atas jam 10 malam tidak usah. Lokasi rawan bisanya pernah kejadian, sepi, tanpa penerangan, mobilitas terbatas,” jelas mantan kabid Humas Polda Jabar ini.[1]

















BAB IV
PENUTUP
Secara sosiologis, kejahatan adalah semua bentuk ucapan, perbuatan, dan tingkah laku yang secara ekonomis, politis, dan sosial-psikologis sangat merugikan masyarakat, melanggar norma-norma susila, dan menyerang keselamatan warga masyarakat. Sedangkan pembegalan sendiri termasuk ke dalam jenis kriminalitas/kejahatan. Karena pembegalan sudah melanggar hukum dan melanggar norma-norma sosial yang ada. Orang yang melalukan pembegalan disebut Begal. Begal ialah penjahat yang merampas barang-barang di tengah jalan sepi.
Seperti kasus yang dialami Abdul Rahman meninggal dunia dengan 3 luka tusukan di punggung dan di pinggang kanannya. Sementara motor milik Abdul Rahman, Suzuki Satria berhasil digasak pelaku.
Oleh sebab itu, perlu adanya kewaspadaan masyarakat dan kesiagaan pihak polisi, kalau tidak perlu atau penting, tidak usah bepergian sendiri misal di atas jam 10 malam. Lokasi yang rawan terjadi pembegalan biasanya di tempat sepi, dan tanpa penerangan.



[1] Http://duniabaca.com/inilah-kronologis-pelaku-begal-di-amuk-masa-dan-dibakar-habis.html

Read more

Format Penulisan Karya Ilmiah

Written by Unknown 1 komentar Posted in:

Format Penulisan Karya Ilmiah

Skripsi, paper/makalah, laporan penelitian, dan lain sebagainya, memiliki format penulisan tertentu untuk bisa disebut sebagai sebuah karya ilmiah. Uraian di bawah ini membahas format penulisan karya ilmiah berupa skripsi pada Program S-1 Pemerintahan Integratif. Namun beberapa poin penting dalam format penulisan dimaksud bisa dipakai sebagai acuan dalam penulisan karya ilmiah selain skripsi, seperti paper/makalah, artikel dalam jurnal ilmiah, dan lain sebagainya.
A. Bahan dan Ukuran Kertas
Bahan dan ukuran kertas yang dipakai dalam sebuah karya ilmiah adalah sebagai berikut:

Ukuran kertas: A4 (21 x 29,7 cm).
Jenis kertas: HVS 80 gram.
Kertas doorslag berwarna (sesuai dengan warna yang telah ditentukan) dengan lambang Universitas Mulawarman sebagai pembatas.
B. Pengetikan

Ketentuan-ketentuan dalam pengetikan sebuah karya ilmiah dirinci sebagai berikut:Menggunakan software pengolah kata dengan flatform Windows, seperti MS Word, Excel, dan lain-lain.
Jenis huruf yang digunakan adalah Times New Roman dengan ukuran 12 kecuali untuk:

Halaman judul sampul/luar (hard cover) dan halaman judul dalam (soft cover), yang menggunakan huruf tegak (kecuali istilah asing) dan dicetak tebal (bold) dengan ukuran font mulai 12 sampai 16 (disesuaikan dengan panjang judul, lihat Lampiran).

Catatan kaki (footnotes), yang menggunakan font ukuran 10.

Huruf tebal (bold) digunakan untuk judul dan sub-judul (sub-bab, sub sub-bab), memberi penekanan, pembedaan, dan sejenisnya.

Huruf miring (italic) digunakan untuk istilah dalam bahasa asing atau bahasa daerah, memberi penekanan, pembedaan (termasuk pembedaan sub-judul yang hirarkhinya tidak setingkat), dan sejenisnya. Judul sub sub-sub-bab dibuat dengan mengkombinasikan huruf miring dan huruf tebal (italic-bold atau bold-italic). Judul sub sub-sub-sub-bab dan seterusnya dibuat dengan huruf miring biasa

Batas tepi (margin):
a.   Tepi atas     : 4 cm
b.  Tepi bawah : 3 cm
c.   Tepi kiri     : 4 cm
d.  Tepi kanan : 3 cm

Sela ketukan (indensi) selebar 1 cm. Indensi Tab dipakai pada baris pertama alinea baru. Indensi gantung digunakan untuk daftar pustaka.
Spasi bagian awal, bagian isi, dan bagian akhir:

a.   Bagian awal dari karya ilmiah termasuk di dalamnya adalah
halaman judul, halaman pengesahan, halaman pernyataan, abstrak,
riwayat hidup, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar
dan daftar lampiran. Spasi yang digunakan adalah:
         1)        Pernyataan ditulis dengan spasi tunggal (lihat Lampiran).
         2)        Riwayat Hidup dan Kata Pengantar ditulis dengan spasi ganda.
         3)        Abstrak, antara 150-250 kata (dalam satu halaman) ditulis dengan menggunakan spasi                         tunggal            (lihat Lampiran).
         4)        Daftar Isi, Daftar Tabel, Daftar Gambar, Daftar Lampiran disusun dengan menggunakan                      spasi             tunggal (lihat Lampiran).
           5)        Lainnya, lihat Lampiran.
b.   Bagian isi karya ilmiah meliputi Bab I sampai BAB V, disusun
       dengan menggunakan spasi ganda.
c.   Bagian akhir karya ilmiah terdiri dari Daftar Pustaka, yang daftar
      referensinya memakai spasi tunggal dan indensi gantung (jarak antar
      referensi dengan spasi ganda), dan Lampiran yang ditulis dengan
      spasi tunggal atau disesuaikan dengan bentuk/jenis lampiran.
     6. Judul karya ilmiah, bab, sub bab, dan lain sebagainya:
a.      Judul karya ilmiah dan bab, diketik dengan huruf besar/kapital,
         dicetak tebal, tanpa singkatan (kecuali yang berlaku umum seperti
         PT., CV.), posisinya di tengah halaman, dan tanpa diakhiri tanda
         titik. Perkecualiannya adalah judul pada halaman Persetujuan
         Seminar dan Pengesahan Skripsi (dengan huruf biasa, dicetak tebal).
b.      Judul sub-bab diketik sejajar dengan batas tepi (margin) sebelah
         kiri dengan menggunakan huruf A, B, C, dan seterusnya. Huruf
         pertama setiap kata dimulai dengan huruf besar (Title Case)
         kecuali kata penghubung dan kata depan, tanpa diakhiri titik. Judul
         sub-bab dicetak dengan huruf tebal (bold).
c.      Judul sub sub-bab dimulai dengan angka 1, 2, 3 dan seterusnya.
         Huruf pertama setiap kata dimulai dengan huruf besar (Title Case)
         kecuali kata penghubung dan kata depan, tanpa diakhiri titik.

         Judul sub sub-bab dicetak dengan huruf tebal (bold).

Read more

Bagaimana Kerudung Kaum Yahudi dan Nasrani?


Menarik sekali statemen Menteri Dalam Negeri Italia Giulliano Amato, beberapa waktu lalu menjawab tuntutan dari kelompok ekstrim sekuler di Italia yang menginginkan agar dikeluarkannya larangan berkerudung bagi Muslimah di Italia. Ia mengatakan demikian, “Ketika Bunda Maria senantiasa memakai kerudung, lalu bagaimana bisa kalian berharap dari saya untuk menentang kerudung kaum Muslimah?”


Dan Amato menambahkan, “Bunda Maria adalah ibu dari nabi kita Isa al-Masih dan senantiasa memakai kerudung. Bila demikian kenyataannya, bagaimana mungkin saya menyetujui pelarangan kerudung di negara ini.”

Wanita memakai busana longgar panjang dari leher hingga kaki dan memakai kerudung penutup kepala adalah suatu keumuman dari zaman ke zaman sebelum Rasulullah. Ini terbukti dalam Bibel pun ada anjuran tegas mengenai kerudung. Dan kali ini kita akan bahas satu-persatu bagaimana pandangan kedua agama tersebut (Yahudi dan Kristen) memandang kerudung (penutup kepala).

Kerudung dalam Tradisi Yahudi

Seorang pemuka agama Yahudi, Rabbi Dr. Menachem M. Brayer, Professor Literatur Injil pada Universitas Yeshiva dalam bukunya, The Jewish woman in Rabbinic Literature, menulis bahwa baju bagi wanita Yahudi saat bepergian keluar rumah yaitu mengenakan penutup kepala yang terkadang bahkan harus menutup hampir seluruh muka dan hanya meninggalkan sebelah mata saja. Dalam bukunya tersebut ia mengutip pernyataan beberapa Rabbi (pendeta Yahudi) kuno yang terkenal: “Bukanlah layaknya anak-anak perempuan Israel yang berjalan keluar tanpa penutup kepala” dan “Terkutuklah laki-laki yang membiarkan rambut istrinya terlihat,” dan “Wanita yang membiarkan rambutnya terbuka untuk berdandan membawa kemelaratan.”

Hukum Yahudi melarang seorang Rabbi untuk memberikan berkat dan doa kepada wanita menikah yang tidak menutup kepalanya karena rambut yang tidak tertutup dianggap “telanjang.” Dr Brayer juga mengatakan bahwa “Selama masa Tannaitic, wanita Yahudi yang tidak menggunakan penutup kepala dianggap penghinaan terhadap kesopanannya. Jika kepalanya tidak tertutup dia bisa dikenai denda sebanyak empat ratus zuzim untuk pelanggaran tersebut.”

Kerudung juga menyimbolkan kondisi yang membedakan status dan kemewahan yang dimiliki wanita yang mengenakannya. Kerudung kepala menandakan martabat dan keagungan seorang wanita bangsawan Yahudi.

Oleh karena itu di masyarakat Yahudi kuno, pelacur-pelacur tidak diperbolehkan menutup kepalanya. Tetapi pelacur-pelacur sering memakai penutup kepala agar mereka lebih dihormati (S. W. Schneider, 1984, hal 237).

Wanita-wanita Yahudi di Eropa menggunakan kerudung sampai abad ke 19 hingga mereka bercampur baur dengan budaya sekuler. Dewasa ini, wanita-wanita Yahudi yang shalih tidak pernah memakai penutup kepala kecuali bila mereka mengunjungi sinagog (gereja Yahudi) (S.W.Schneider, 1984, hal. 238-239).

Kerudung dalam Tradisi Kristen

Hingga saat ini para Biarawati Katolik menutup kepalanya secara keseluruhan. Di Indonesia sebelum tahun 80-an pakaian biarawati adalah jilbab, pakaian panjang longgar dari leher hingga menutup kaki serta berkerudung yang menutup leher dan dada (masih ingat telenovela Brazil, Dolcemaria). Namun era 80-an ke atas, jubah biarawati berubah menjadi pakaian panjang hanya sampai betis. Kerudung panjang menutup dada berubah menjadi kerudung hanya penutup rambut dan leher terbuka.

Padahal menutup kepala atau berkerudung, adalah sebuah tuntunan dalam Bibel yang sudah ada sejak zaman sebelum Nabi Muhammad Saw.

I Korintus 11:5 Tetapi tiap-tiap perempuan yang berdoa atau bernubuat dengan kepala yang tidak bertudung, menghina kepalanya, sebab ia sama dengan perempuan yang dicukur rambutnya.

I Korintus 11:13 Pertimbangkanlah sendiri: Patutkah perempuan berdoa kepada Allah dengan kepala yang tidak bertudung?

Bukan hanya itu, pernyataan St. Paul (atau Paulus) yang lain tentang kerudung adalah pada I Korintus 11:3-10. St Tertulian di dalam risalahnya “On The Veiling Of Virgins” menulis: “Wanita muda hendaklah engkau mengenakan kerudung saat berada di jalan, demikian pula hendaknya engkau mengenakan di dalam gereja, mengenakannya saat berada di antara orang asing dan mengenakannya juga saat berada di antara saudara laki-lakimu.”

Di antara hukum-hukum Canon pada Gereja Katolik dewasa ini, ada hukum yang memerintahkan wanita menutup kepalanya di dalam gereja (Clara M Henning, 1974, hal 272).

Oleh: Hj Irena Handono, Pakar Kristologi, Pendiri Irena Center

Read more

Sejarah Isra Mi'raj Nabi Muhammad saw


BIsmillahirrahmanirrahim....

Artikel- Isra Mi’raj Nabi Muhammad SAW – Seringkali di kalangan masyarakat kita, dalam mendefinisikan isra dan mi’raj, mereka menggabungkan Isra Mi’raj menjadi satu peristiwa yang sama. Padahal sebenarnya Isra dan Mi’raj merupakan dua peristiwa yang berbeda. Dan untuk meluruskan hal tersebut, pada kesempatan ini saya bermaksud mengupas tuntas pengertian isra dan mi’raj, sejarah isra mi’raj nabi muhammad SAW serta hikmah dari perjalanan isra’ mi’raj Nabi Besar Muhammad SAW.


Pengertian / Definisi Isra dan Mi’raj

Isra Mi’raj adalah dua bagian dari perjalanan yang dilakukan oleh Muhammad dalam waktu satu malam saja. Kejadian ini merupakan salah satu peristiwa penting bagi umat Islam, karena pada peristiwa ini Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam mendapat perintah untuk menunaikan salat lima waktu sehari semalam.

Isra Mi’raj terjadi pada periode akhir kenabian di Makkah sebelum Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam hijrah ke Madinah. Menurut al-Maududi dan mayoritas ulama, Isra Mi’raj terjadi pada tahun pertama sebelum hijrah, yaitu antara tahun 620-621 M. Menurut al-Allamah al-Manshurfuri, Isra Mi’raj terjadi pada malam 27 Rajab tahun ke-10 kenabian, dan inilah yang populer.

Namun demikian, Syaikh Shafiyurrahman al-Mubarakfuri menolak pendapat tersebut dengan alasan karena Khadijah radhiyallahu anha meninggal pada bulan Ramadan tahun ke-10 kenabian, yaitu 2 bulan setelah bulan Rajab. Dan saat itu belum ada kewajiban salat lima waktu. Al-Mubarakfuri menyebutkan 6 pendapat tentang waktu kejadian Isra Mi’raj. Tetapi tidak ada satupun yang pasti. Dengan demikian, tidak diketahui secara persis kapan tanggal terjadinya Isra Mi’raj.

Peristiwa Isra Mi’raj terbagi dalam 2 peristiwa yang berbeda. Dalam Isra, Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam “diberangkatkan” oleh Allah SWT dari Masjidil Haram hingga Masjidil Aqsa. Lalu dalam Mi’raj Nabi Muhammad SAW dinaikkan ke langit sampai ke Sidratul Muntaha yang merupakan tempat tertinggi. Di sini Beliau mendapat perintah langsung dari Allah SWT untuk menunaikan salat lima waktu.

Bagi umat Islam, peristiwa tersebut merupakan peristiwa yang berharga, karena ketika inilah salat lima waktu diwajibkan, dan tidak ada Nabi lain yang mendapat perjalanan sampai ke Sidratul Muntaha seperti ini. Walaupun begitu, peristiwa ini juga dikatakan memuat berbagai macam hal yang membuat Rasullullah SAW sedih.

Sejarah / Kisah Perjalanan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW

Perjalanan dimulai Rasulullah mengendarai buraq bersama Jibril. Jibril berkata, “turunlah dan kerjakan shalat”.
Rasulullahpun turun. Jibril berkata, “dimanakah engkau sekarang ?”
“tidak tahu”, kata Rasul.
“Engkau berada di Madinah, disanalah engkau akan berhijrah “, kata Jibril.
Perjalanan dilanjutkan ke Syajar Musa (Masyan) tempat penghentian Nabi Musa ketika lari dari Mesir, kemudian kembali ke Tunisia tempat Nabi Musa menerima wahyu, lalu ke Baitullhmi (Betlehem) tempat kelahiran Nabi Isa AS, dan diteruskan ke Masjidil Aqsha di Yerussalem sebagai kiblat nabi-nabi terdahulu.

Jibril menurunkan Rasulullah dan menambatkan kendaraannya. Setelah rasul memasuki masjid ternyata telah menunggu Para nabi dan rasul. Rasul bertanya : “Siapakah mereka ?”
“Saudaramu para Nabi dan Rasul”.
Kemudian Jibril membimbing Rasul kesebuah batu besar, tiba-tiba Rasul melihat tangga yang sangat indah, pangkalnya di Maqdis dan ujungnya menyentuh langit. Kemudian Rasulullah bersama Jibril naik tangga itu menuju kelangit tujuh dan ke Sidratul Muntaha.

“Dan sesungguhnya nabi Muhammad telah melihatJibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, yaitu di Sidratul Muntaha. Di dekatnya ada surga tempat tinggal, (Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratull Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya. Penglihatannya (Muhammad) tidak berpaling dariyang dilihatnya itu dan tidakpula melampauinya. Sesungguhnya dia telah melihat sebahagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar.” (QS. An-Najm : 13 – 18).

Selanjutnya Rasulullah melanjutkan perjalanan menghadap Allah tanpa ditemani Jibril Rasulullah membaca yang artinya : “Segala penghormatan adalah milikAllah, segala Rahmat dan kebaikan“.
Allah berfirman yang artinya: “Keselamatan bagimu wahai seorang nabi, Rahmat dan berkahnya“.
Rasul membaca lagi yang artinya: “Keselamatan semoga bagi kami dan hamba-hamba Allah yang sholeh. Rasulullah dan ummatnya menerima perintah ibadah shalat“.
Berfirman Allah SWT : “Hai Muhammad Aku mengambilmu sebagai kekasih sebagaimana Aku telah mengambil Ibrahim sebagai kesayanagan dan Akupun memberi firman kepadamu seperti firman kepada Musa Akupun menjadikan ummatmu sebagai umat yang terbaik yang pernah dikeluarkan pada manusia, dan Akupun menjadikan mereka sebagai umat wasath (adil dan pilihan), Maka ambillah apa yang aku berikan kepadamu dan jadilah engkau termasuk orang-orang yang bersyukur“.

“Kembalilah kepada umatmu dan sampaikanlah kepada mereka dari Ku”.
Kemudian Rasul turun ke Sidratul Muntaha.
Jibril berkata : “Allah telah memberikan kehormatan kepadamu dengan penghormatan yang tidak pernah diberikan kepada seorangpun dari makhluk Nya baik malaikat yang terdekat maupun nabi yang diutus. Dan Dia telah membuatmu sampai suatu kedudukan yang tak seorangpun dari penghuni langit maupun penghuni bumi dapat mencapainya. Berbahagialah engkau dengan penghormatan yang diberikan Allah kepadamu berupa kedudukan tinggi dan kemuliaan yang tiada bandingnya. Ambillah kedudukan tersebut dengan bersyukur kepadanya karena Allah Tuhan pemberi nikmat yang menyukai orang-orang yang bersyukur”.
Lalu Rasul memuji Allah atas semua itu.


Kemudian Jibril berkata : “Berangkatlah ke surga agar aku perlihatkan kepadamu apa yang menjadi milikmu disana sehingga engkau lebih zuhud disamping zuhudmu yang telah ada, dan sampai lah disurga dengan Allah SWT. Tidak ada sebuah tempat pun aku biarkan terlewatkan”. Rasul melihat gedung-gedung dari intan mutiara dan sejenisnya, Rasul juga melihat pohon-pohon dari emas. Rasul melihat disurga apa yang mata belum pernah melihat, telingan belum pernah mendengar dan tidak terlintas dihati manusia semuanya masih kosong dan disediakan hanya pemiliknya dari kekasih Allah ini yang dapat melihatnya. Semua itu membuat Rasul kagum untuk seperti inilah mestinya manusia beramal. Kemudian Rasul diperlihatkan neraka sehingga rasul dapat melihat belenggu-belenggu dan rantai-rantainya selanjutnya Rasulullah turun ke bumi dan kembali ke masjidil haram menjelang subuh.

Mandapat Mandat Shalat 5 waktu

Agaknya yang lebih wajar untuk dipertanyakan, bukannya bagaimana Isra’ Mi’raj, tetapi mengapa Isra’ Mi’raj terjadi ? Jawaban pertanyaan ini sebagaimana kita lihat pada ayat 78 surat al-lsra’, Mi’raj itu untuk menerima mandat melaksanakan shalat Lima waktu. Jadi, shalat inilah yang menjadi inti peristiwa Isra’Mi’raj tersebut.

Shalat merupakan media untuk mencapai kesalehan spiritual individual hubungannya dengan Allah. Shalat juga menjadi sarana untuk menjadi keseimbangan tatanan masyarakat yang egaliter, beradab, dan penuh kedamaian. Makanya tidak berlebihan apabila Alexis Carrel menyatakan : “Apabila pengabdian, sholat dan do’a yang tulus kepada Sang Maha pencipta disingkirkan dari tengah kehidupan bermasyarakat, hal itu berarti kita telah menandatangani kontrak bagi kehancuran masyarakat tersebut“. Perlu diketahui bahwa A. Carrel bukanlah orang yang memiliki latar belakang pendidikan agama, tetapi dia adalah seorang dokter dan pakar Humaniora yang telah dua kali menerima nobel atas hasil penelitiannya terhadap jantung burung gereja dan pencangkokannya. Tanpa pendapat Carrel pun, Al – Qur’an 15 abad yang lalu telah menyatakan bahwa shalat yang dilakukan dengan khusu’ akan bisa mencegah perbuatan keji dan mungkar, sehingga tercipta tatanan masyarakat yang harmonis, egaliter, dan beretika.

Hikmah Isra Mi’raj Nabi Besar Muhammad SAW

Perintah sholat dalam perjalanan isra dan mi’raj Nabi Muhammad SAW, kemudian menjadi ibadah wajib bagi setiap umat Islam dan memiliki keistimewaan tersendiri dibandingkan ibadah-ibadah wajib lainnya. Sehingga, dalam konteks spiritual-imaniah maupun perspektif rasional-ilmiah, Isra’ Mi’raj merupakan kajian yang tak kunjung kering inspirasi dan hikmahnya bagi kehidupan umat beragama (Islam).

Bersandar pada alasan inilah, Imam Al-Qusyairi yang lahir pada 376 Hijriyah, melalui buku yang berjudul asli ‘Kitab al-Mikraj’ ini, berupaya memberikan peta yang cukup komprehensif seputar kisah dan hikmah dari perjalanan agung Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW, beserta telaahnya. Dengan menggunakan sumber primer, berupa ayat-ayat Al-Quran dan hadist-hadits shahih, Imam al-Qusyairi dengan cukup gamblang menuturkan peristiwa fenomenal yang dialami Nabi itu dengan runtut.

Selain itu, buku ini juga mencoba mengajak pembaca untuk menyimak dengan begitu detail dan mendalam kisah sakral Rasulullah SAW, serta rahasia di balik peristiwa luar biasa ini, termasuk mengenai mengapa mikraj di malam hari? Mengapa harus menembus langit? Apakah Allah berada di atas? Mukjizatkah mikraj itu hingga tak bisa dialami orang lain? Ataukah ia semacam wisata ruhani Rasulullah yang patut kita teladani?

Bagaimana dengan mikraj para Nabi yang lain dan para wali? Bagaimana dengan mikraj kita sebagai muslim? Serta apa hikmahnya bagi kehidupan kita? Semua dibahas secara gamblang dalam buku ini.

Dalam pengertiannya, Isra’ Mi’raj merupakan perjalanan suci, dan bukan sekadar perjalanan “wisata” biasa bagi Rasul. Sehingga peristiwa ini menjadi perjalanan bersejarah yang akan menjadi titik balik dari kebangkitan dakwah Rasulullah SAW. John Renerd dalam buku ”In the Footsteps of Muhammad: Understanding the Islamic Experience,” seperti pernah dikutip Azyumardi Azra, mengatakan bahwa Isra Mi’raj adalah satu dari tiga perjalanan terpenting dalam sejarah hidup Rasulullah SAW, selain perjalanan hijrah dan Haji Wada. Isra Mi’raj, menurutnya, benar-benar merupakan perjalanan heroik dalam menempuh kesempurnaan dunia spiritual.

Jika perjalanan hijrah dari Mekah ke Madinah pada 662 M menjadi permulaan dari sejarah kaum Muslimin, atau perjalanan Haji Wada yang menandai penguasaan kaum Muslimin atas kota suci Mekah, maka Isra Mi’raj menjadi puncak perjalanan seorang hamba (al-abd) menuju sang pencipta (al-Khalik). Isra Mi’raj adalah perjalanan menuju kesempurnaan ruhani (insan kamil). Sehingga, perjalanan ini menurut para sufi, adalah perjalanan meninggalkan bumi yang rendah menuju langit yang tinggi.

Inilah perjalanan yang amat didambakan setiap pengamal tasawuf. Sedangkan menurut Dr Jalaluddin Rakhmat, salah satu momen penting dari peristiwa Isra Mi’raj yakni ketika Rasulullah SAW “berjumpa” dengan Allah SWT. Ketika itu, dengan penuh hormat Rasul berkata, “Attahiyatul mubaarakaatush shalawatuth thayyibatulillah”; “Segala penghormatan, kemuliaan, dan keagungan hanyalah milik Allah saja”. Allah SWT pun berfirman, “Assalamu’alaika ayyuhan nabiyu warahmatullahi wabarakaatuh”.

Mendengar percakapan ini, para malaikat serentak mengumandangkan dua kalimah syahadat. Maka, dari ungkapan bersejarah inilah kemudian bacaan ini diabadikan sebagai bagian dari bacaan shalat.

Selain itu, Seyyed Hossein Nasr dalam buku ‘Muhammad Kekasih Allah’ (1993) mengungkapkan bahwa pengalaman ruhani yang dialami Rasulullah SAW saat Mi’raj mencerminkan hakikat spiritual dari shalat yang di jalankan umat islam sehari-hari. Dalam artian bahwa shalat adalah mi’raj-nya orang-orang beriman. Sehingga jika kita tarik benang merahnya, ada beberapa urutan dalam perjalanan Rasulullah SAW ini.

Pertama, adanya penderitaan dalam perjuangan yang disikapi dengan kesabaran yang dalam. Kedua, kesabaran yang berbuah balasan dari Allah berupa perjalanan Isra Mi’raj dan perintah shalat. Dan ketiga, shalat menjadi senjata bagi Rasulullah SAW dan kaum Muslimin untuk bangkit dan merebut kemenangan. Ketiga hal diatas telah terangkum dengan sangat indah dalam salah satu ayat Al-Quran, yang berbunyi “Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk. (Yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya.”

Mengacu pada berbagai aspek diatas, buku setebal 178 halaman ini setidaknya sangat menarik, karena selain memberikan bingkai yang cukup lengkap tentang peristiwa Isra’ mikraj Nabi saw, tetapi juga memuat mi’rajnya beberapa Nabi yang lain serta beberapa wali. Kemudian kelebihan lain dalam buku ini adalah dipaparkan juga mengenai kisah Mikrajnya Abu Yazid al-Bisthami. Mi'raj bagi ulama kenamaan ini merupakan rujukan bagi kondisi, kedudukan, dan perjalanan ruhaninya menuju Allah.

Ia menggambarkan rambu-rambu jalan menuju Allah, kejujuran dan ketulusan niat menempuh perjalanan spiritual, serta keharusan melepaskan diri dari segala sesuatu selain Allah. Maka, sampai pada satu kesimpulan, bahwa jika perjalanan hijrah menjadi permulaan dari sejarah kaum Muslimin, atau perjalanan Haji Wada yang menandai penguasaan kaum Muslimin atas kota suci Mekah, maka Isra Mi’raj menjadi “puncak” perjalanan seorang hamba menuju kesempurnaan ruhani.




Melihat foto di atas, mungkin banyak dari kita akan segera memilih foto sebelah kanan sebagai Masjid Al-Aqsa. Namun percayalah, foto sebelah kiri yang berupa masjid dengan kubah yang berwarna hijau itulah Masjid Al-Aqsa yang sebenarnya.

Dewasa ini, telah terjadi banyak kesalahpahaman diantara umat muslim tentang masjid Al-Aqsa yang sebenarnya. Banyak umat muslim maupun non-muslim yang mempublikasikan foto Masjid Al-Aqsa yang salah, tapi yang mengkuatirkan saat ini, kebanyakan umat muslim memajang foto Qubbatus Shakrah (Kubah Batu/ Dome of The Rock) dirumah maupun dikantor mereka dengan sebutan Masjid Al-Aqsa. Ini telah menjadi kesalahan umum di dunia muslim.

Namun tragedi sesungguhnya adalah bahwa kebanyakan generasi muda/ anak-anak muslim (sebagaimana juga muslim dewasa) diseluruh dunia, tidak dapat membedakan antara Masjid Al Aqsa dengan Qubbatus Shakrah (Kubah Batu).

Mengenal Kompleks Masjid Al-Aqsa

Al-Masjid El-Aqsa merupakan nama arab yang berarti Masjid terjauh. 10 tahun setelah Nabi Muhammad SAW menerima wahyu pertama, beliau melakukan perjalanan malam dari Mekkah ke Baitul Maqdis (Jerusalem) dan kemudian menuju langit ketujuh untuk menerima perintah sholat 5 waktu dari Allah, peristiwa ini disebut Isra’ Miraj.

Sebelum turun perintah menjadikan Mekkah sebagai kiblat sholat umat muslim, selama 16 setengah bulan setelah Isra Miraj, Jerusalem dijadikan arah kiblat.



Ketika masih hidup, Nabi Muhammad SAW memerintahkan umat muslim untuk tak hanya mengunjungi Mekkah tapi juga Masjid Al-Aqsa yang berjarak sekitar 2000 kilometer sebelah utara Mekkah.

Masjid Al-Aqsa merupakan bangunan tertua kedua setelah Ka’bah di Mekkah, dan tempat suci dan tempat terpenting ketiga setelah Mekkah dan Madinah.

Luas kompleks Masjid Al-Aqsa sekitar 144.000 meter persegi, atau 1/6 dari seluruh area yang dikelilingi tembok kota tua Jerusalem yang berdiri saat ini. Dikenal juga sebagai Al Haram El Sharif atau oleh yahudi disebut Kuil Sulaiman. Kompleks Masjid Al-Aqsa dapat menampung sekitar 400.000 jemaah (Masjid Al-Aqsa menampung sekitar 5.000 jamaah, selebihnya sholat di kompleks yang ber-area terbuka).

Pembangunan kembali kompleks Masjid Al-Aqsa dimulai 6 tahun setelah Nabi wafat oleh Umar Bin Khattab. Beliau menginginkan untuk dibangun sebuah masjid di selatan Foundation Stone (membelakangi Foundation Stone, menghadap selatan/Mekkah). Pembangunan tersebut dilakukan oleh Khalifah Ummayah Abd Al Malik Ibn Marwan dan diselesaikan oleh anaknya Al Walid 68 tahun setelah Nabi wafat dengan diberi nama Masjid Al Aqsha.

Di pusat kompleks Kuil Sulaiman, terdapat Foundation Stone yaitu batu landasan yang dipercaya umat Yahudi sebagai tempat Yahweh menciptakan alam semesta dan tempat Abraham mengorbankan Isaac. Bagi umat Islam batu ini adalah tempat Nabi Muhammad menjejakkan kakinya untuk Mi’raj. Untuk melindungi batu ini, Khalifah Abd Al Malik Ibn Marwan membangun kubah dan masjid polygon, yang kemudian terkenal dengan nama Dome of The Rock (Kubah batu).



Kekeliruan antara Masjid Al-Aqsa dengan Dome of The Rock dan Agenda Israel menghapuskan Masjidil Aqsa



Masjidil Aqsa merupakan kiblat pertama bagi Umat Islam sebelum dipindahkan ke Ka’bah dengan perintah Allah SWT. Kini berada di dalam kawasan jajahan Yahudi. Dalam keadaan yang demikian, disinyalir pihak Yahudi telah mengambil kesempatan untuk mengelirukan pengetahuan Umat Islam dengan mengedarkan gambar Dome of The Rock sebagai Masjidil Aqsa.
Tujuan mereka hanyalah satu: untuk meruntuhkan Masjidil Aqsa yang sebenarnya dan mendirikan kembali haikal Sulaiman. Saat ini, hanya “Tembok sebelah Barat” yang tersisa dari bangunan kuil atau istana Sulaiman yang masih berdiri, dan pada saat yang bersamaan tempat ini dinamakan “Tembok Ratapan/Wailing Wall” oleh orang Yahudi. Apabila Umat Islam sendiri sudah keliru dan sulit untuk membedakan Masjidil Aqsa yang sebenarnya, maka semakin mudahlah tugas mereka untuk melaksanakan rencana tersebut, karena bila Masjid Al-Aqsa diruntuhkan, kebanyakan umat tidak akan menyadarinya.

Berikut disertakan terjemahan surat yang ditulis dan dikirimkan oleh Dr. Marwan kepada ketua pengarang harian “Al-Dastour” tentang kekeliruan umat dan hubungannya dengan rencana zionis.


Terdapat beberapa kekeliruan antara Masjidil Aqsa dan The Dome of The Rock. Apabila disebut tentang Masjidil Aqsa di dalam media lokal maupun internasional, foto The Dome of The Rock-lah yang ditampilkan. Alasannya adalah untuk mengalihkan masyarakat umum yang merupakan siasat Israel. Tinjauan ini diperoleh saat saya tinggal di USA, dimana saya telah mengetahui bahwa Zionis di Amerika telah mencetak dan mengedarkan foto tersebut dan menjualnya kepada orang arab dan Muslim. Kadangkala dijual dengan harga yang murah bahkan kadang diberikan secara gratis agar Muslim dapat mengedarkannya dimana saja. Baik dirumah maupun kantor.

Hal ini meyakinkan saya bahwa Israel ingin menghapuskan gambaran Masjid Al-Aqsa dari ingatan umat Islam supaya mereka dapat memusnahkannya dan membangun kuil mereka tanpa ada publikasi. Bila ada yang membangkang atau memprotes, maka Israel akan menunjukkan foto The Dome of The Rock yang masih utuh berdiri, dan menyatakan bahwa mereka tidak berbuat apa-apa. Siasat yang sungguh pintar! Saya juga merasa amat terperanjat ketika bertanya kepada beberapa rakyat arab, Muslim, bahkan rakyat Palestina karena mendapati mereka sendiri tidak dapat membedakan antara kedua bangunan tersebut. Ini benar-benar membuatkan saya merasa kesal dan sedih karena hingga kini Israel telah berhasil dalam siasat mereka.

Dr. Marwan Saeed Saleh Abu Al-Rub Associate Professor,
Mathematics Zayed University Dubai



Demikianlah, dengan kondisi yang mengkuatirkan ini, kita sebagai muslim hendaklah turut membantu menyebarkan informasi yang benar kepada saudara kita dan dunia. Hal ini penting dilakukan untuk menghindari distorsi informasi lebih jauh yang akhirnya akan merugikan umat bila tidak disikapi dengan baik.

Wallahua’lam.

Read more

Bagaimana Bisa Seorang Ustad Menjadi Murtad?, Ada Apa dengan Ustad Masuk Kristen
Pendeta Masuk Ma’had NII Al-Zaytun, Ustadz pun Murtad Masuk Kristen



Saifuddin Ibrahim

Hubungan Pesantren Az-Zaytun dengan para misionaris Kristen nampak terlalu berlebihan. Menyambut Natal tahun 2005, Al-Zaytun mengizinkan tamu dari Yayasan The Gideon International membagi-bagikan 1.400 Bibel secara cuma-cuma di pesantren.

Bermula dari hubungan dekat Al-Zaytun dengan pendeta dan misionaris Kristen inilah, berakibat murtadnya Saifuddin Ibrahim, salah seorang pengasuh ma’had.

Dalam testimoni 138 halaman yang ditulisnya, ustadz asal Bima NTB ini bercerita bahwa Al-Zaytun, dirinya mengajar Al-Qur’an, Hadits, Akidah, Akhlak, Sejarah Kebudayaan Islam dan Jurnalistik selama enam tahun sejak 1999. Sebagai orang yang sangat dekat dengan syaikhul ma’had Panji Gumilang, Ibrahim dipercaya menjadi Editor Kepala Majalah Al-Zaytun yang bertiras 30.000 eksemplar.

Dalam testimoninya, Ibrahim menjelaskan kronologi mengapa ia murtad meninggalkan Islam dan beralih profesi dari dewan guru Ma’had Al-Zaytun Indramayu menjadi seorang evangelis Kristen.

Dalam sub judul “Nubuat Syaikh,” Ibrahim menulis bahwa peristiwa kemurtadan dirinya bermula pada tanggal 16 Januari 2006, ketika Panji Gumilang menyebut dirinya dengan panggilan “Pendeta Abraham.” Sejak saat itu, Ibrahim lebih suka dipanggil Abraham. “Syaikh telah bernubuat untuk saya. Sejak beliau mengatakan hal itu saya semakin kacau dan pikiran tidak tentang. Itu juga sebabnya kenapa saya lebih suka dipanggil Abraham,” tulis Ibrahim pada halaman 8.

Usai peristiwa itu Ibrahim mulai mendekati para penginjil Yayasan The Gideon International yang dikenalnya ketika membagi-bagikan ribuan Bibel di pesantren pada Natal tahun 2005. Ibrahim pun mulai belajar ilmu perbandingan agama kepada para misionaris dan pendeta. Singkat cerita, setelah berliku-liku mencari pintu masuk Kristen, akhirnya Ibrahim dibaptis di Semarang tanggal 7 Maret 2006. Setelah meninggalkan Islam dan dibaptis di Semarang tanggal 7 Maret 2006, ia pun rela berpisah dengan istri dan ketiga anaknya di Jepara, Jawa Tengah.

Dalam tempo 3 bulan Ibrahim murtad dari Islam. Itulah salah satu buah kedekatan syaikhul ma’had NII Al-Zaytun Panji Gumilang dengan para pendeta dan misionaris Kristen.

Bila diteliti dari testimoni tertulisnya, wawasan agama Saifuddin Ibrahim masih perlu dipertanyakan. Misalnya, dalam sub judul “Percaya Kepada Yesus,” Ibrahim mengutip nas: “Al-dinu huwal aqlu, laa diina liman laa aqqla lahu. Agama adalah akal, tidak ada agama tanpa akal,” yang disebutnya sebagai hadits Nabi (hlm 60).

Pernyataan ini sangat aneh bila ditulis oleh seorang dosen hadits. Sebagai dosen hadits di pesantren terbesar se Asia Tenggara, seharusnya dia tahu bahwa nas tersebut bukan hadits, tapi kutipan yang tidak diketahui asal-usulnya.

Para ulama ahli hadits sepakat memvonis nas tersebut bukan sabda Nabi, melainkan hadits yang tidak ada asalnya (la ashla lahu). Imam An-Nasa’idan Syaikh Albani berkomentar bahwa hadits tersebut batil munkar. Dalam sanadnya terdapat nama Bisyir yang majhul (asing/tidak dikenal).

Ketika membuktikan ketuhanan Yesus, Saifuddin Ibrahim mengutip Al-Qur’an surat Maryam 33 sebagai pendukung. Menurutnya, ayat ini menegaskan ketuhanan Yesus karena memakai fi’il amar (kata kerja masa lampau/past tense).

“Ayat Al-Qur’an surat Maryam 33 meyakinkan saya memahami ketuhanan Yesus. Ayat ini menggenapi semua kisah Yesus yang telah berlaku. Ayat ini menggunakan Fi’il Madhi, kata kerja masa lampau, berarti kejadian kebangkitan Yesus dan hidup kembali telah terjadi lebih 2000 tahun yang lalu,” (hlm. 87-88).

Dengan kutipan itu, patut dipertanyakan wawasan Ibrahim terhadap Ilmu bahasa Arab. Tidak benar kesimpulannya bahwa surat Maryam 33 menyatakan ketuhanan Yesus karena menggunakan fi’il madhi. Padahal dalam ayat ini terdapat tiga kata kerja (fi’il), yaitu: “wulidtu” (fi’il madhi majhul), “amuutu” (fi’il mudhari’ majhul) dan “ub’atsu” (fi’il mudhari’ majhul).

Ungkapan Nabi Isa pada ayat tersebut memakai kalimat “wulidtu” (telah dilahirkan) karena peristiwa kelahirannya sudah terjadi. Sedangkan kalimat “amuutu” (akan dimatikan) dan “ub’atsu” (akan dibangkitkan) memakai fi’il mudhari’ karena peristiwa kematian dan kebangkitannya belum dan akan terjadi.

Ustadz Saifuddin Ibrahim yang sekarang berganti nama menjadi Ev Saifuddin Abraham, adalah salah satu contoh korban pemurtadan akibat kedekatan syaikhul ma’had NII Al-Zaitun Panji Gumilang dengan para pendeta dan penginjil Kristen.

Read more

SHOLAT SUNNAH HAJAT

Written by Unknown 1 komentar Posted in:

SHOLAT SUNNAH

SHOLAT HAJAT AGAR HAJATNYA DI KABULKAN ALLAH SWT.




Shalat Sunnah Hajat.

  Shalat Hajat adalah shalat sunah yang dilakukan karena ada suatu hajat / keperluan, baik keperluan duniawi atau keperluan ukhrawi. Agar hajat di kabulkan Allah, banyak cara yang dilakukan diantaranya adalah berdoa dan shalat. Shalat Hajat merupakan cara yang lebih spesifik untuk memohon kepada Allah agar di kabulkan segala hajat, karena arti shalat secara bahasa adalah doa.Firman Allah : “Dan mintalah pertolonganlah ( kepada Allah ) dengan sabar dan shalat” ( Al Baqarah : 45 ).
Cara Melaksakan Shalat Hajat :

Shalat hajat tidak mempunyai waktu tertentu, asal pada waktu yang tidak dilarang, misalnya setelah shalat Ashar atau setelah shalat Shubuh. Shalat hajat dilaksanakan dengan Munfarid ( tidak berjamaah ) minimal dua rokaat dan maksimal dua belas rakaat. Jika dilaksanakan pada malam hari maka setiap dua rakaat sekali salam dan jika dilaksanakan pada siang hari maka boleh empat rakaat dengan sekali salam dan seterusnya. Sabda Nabi saw : “Siapa yang berwudhu dan sempurna wudhunya, kemudian shalat dua rakaat ( Shalat Hajat ) dan sempurna rakaatnya maka Allah berikan apa yang ia pinta cepat atau lambat” ( HR.Ahmad ).

Niat shalat Hajat di dalam hati berbarengan dengan Takbiratul Ihram
 “Aku niat shalat sunah hajat karena Allah”
Membaca doa Iftitah
Membaca surat al Fatihah
Membaca salah satu surat di dalam al quran. Afadhalnya, rokaat pertama membaca surat al Ikhlas dan rakaat kedua membaca ayat kursi ( surat al Baqarah : 255 ).
Ruku’ sambil membaca Tasbih tiga kali
I’tidal sambil membaca bacaannya
Sujud yang pertama sambil membaca Tasbih tiga kali
Duduk antara dua sujud sambil membaca bacaannya.
Sujud yang kedua sambil membaca Tasbih tiga kali.
>         Setelah rakaat pertama selesai, lakukan rakaat kedua sebagaimana cara diatas, kemudian  Tasyahhud akhir setelah selesai maka membaca salam dua kali.Jika dilaksakan empat rakaat dengan satu salam maka setelah dua rakaat langsung berdiri tanpa memakai Tasyahhud awal, kemudian lanjutkan rokaat ke tiga dan ke empat, lalu Tasyhhud akhir setelah selesai membaca salam dua kali.

>         Setelah selesai shalat Hajat bacalah zikir yang mudah dan berdoa sampaikan hajat yang kita inginkan kemudian mohon petunjuk kepada Allah agar tecapai segala hajatnya.

Read more

Pages

Diberdayakan oleh Blogger.

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "

Pages - Menu

Popular Posts

Categories

About Me

About

Categories